“Kamu suka?” tanyaku pada lelaki paruh baya
disampingku. Kami berdiri berdiri di dek kapal. Menikmati aroma laut dan
semilir angin yang sepoi-sepoi basah.
“Suka sekali” dia mengeratkan lingkar tangannya
dipinggulku. Aku memandang ke laut lepas. Kemudian memejam dan menghirup udaranya
dalam-dalam. Aku merasakan dia memandangku lekat. Aku menoleh dan membuka mata.
“Kok ngeliatinnya gitu, ih” tanyaku.
“Kamu cantik” jawabnya sambil tersenyum. Serta merta
aku mendaratkan cubitan-cubitan kecil di perutnya yang buncit.
“Gombalnya masih aja… inget umur, pak” kataku
sembari tergelak.
“Lho aku ngomong kenyataan…” Suaranya memelan.
Berlagak merajuk.
“Iyaa.. iyaa.. kalo gak cantik, masa kamu suka,
kan?” Aku mencubit gemas pipinya yang tembam.
“Nah… tuh kamu tau…” dia tersenyum lagi. Aku
melingkarkan lenganku pada lehernya. Mengecup bagian atas dahi yang telah licin
tanpa rambut lagi.
Amarahku sebelum bertemu dia kuredam
dalam-dalam. Tetap tenang dan jangan menuruti emosi. Bisikku dalam hati.
***
“Sebentar lagi kapal ini akan transit di
dermaga. Aku akan turun dan ambil flight untuk pulang. Kamu teruskan
perjalanan ya?” kataku. Aku memotong-motong kecil roti yang beroles butter.
“Secepat itu?”
“Klien kita menunggu” Dia menghela nafas. Garpu
dan pisau diletakkannya di tepi piring. Aku memandangnya. Raut mukanya kecewa.
“Suamiku, kamu yang mengajarkanku untuk kerja
keras kan? Aku senang kamu bahagia begini. Usahaku tak sia-sia”
“Tapi tanpa kamu, bahagiaku artinya apa?”
“Lain kali, kapal pesiar ini akan kita nikmati
bersama. Aku janji” Aku menggenggam tangannya.
***
“Kita berlayar kemana sekarang, Mas?”
“Kita keliling dunia, sayang” dia tertawa. Perut
gendutnya terguncang-guncang.
Mereka berdiri tepat di spot tempatku
berdiri dengannya semalam. Kuurungkan niat hati untuk murka. Aku mendekati
mereka. Membuat bunyi dengan sekali hentakan kaki.
Keduanya terkesiap. Tangan yang melingkar
dipinggul wanita muda itu gelagapan lepas. Wanita berseragam itu menunduk.
“Jadi, benar? Maduku itu pembantu?” mereka
tetap diam. Dan sepertinya aku tak butuh jawaban.
Word Count: 292
mmm, gimana ya? tiap part kayaknya ada 'patahan', jadi kalau gak ada part 3 pasti bingung ini ttg apa :)
ReplyDeleteMasi susah buat yg one part tapi nge-twist, mbak :D
Deletehmmm...ada 3 hal yang mau aku sampaikan (sekalian nanya).
ReplyDelete1. tokoh 'aku' memang udah tahu kalau suaminya kawin lagi? sepertinya 'aku' marah bukan karena suaminya kawin lagi tapi karena madu-nya adalah seorang pembantu. CMIIW
2. Lalu yang aku cermati adalah rencana 'aku' untuk turun dari kapal adalah rencana mendadak. Jadi, kalau 'tiba-tiba' si madu bisa datang adalah sesuatu yang 'luar biasa'. Sebab umumnya kapal bersandar hanya beberapa jam di suatu pelabuhan kecuali karena ada perbaikan dsb. Atau 'kebetulan' si madu tinggal di kota yang sama dengan kota tempat kapal singgah? Kebetulan yang sangat kebetulan. :)
3. Oh ya, kalau datang ke kapal pesiar, masak masih pakai seragam pembantu sih? Terlalu buru-buru sampai nggak sempat ganti baju?
Maaf ya kalo terlalu cerewet. Salam. :)
Waaa.. panjang komennya.. :D dijawab atu-atu ya bang..
Delete1. Iya, bang. Jadi si 'aku' ini sudah denger isu tentang suaminya yang nikah lagi. Hanya dia gak mau ngamuk-ngamuk dulu dan bersikap seperti biasa sebelum nemu buktinya.. :)
2&3. Rencana turun di dermaga transit itu adalah bagian dari trik 'aku' untuk ngedapetin bukti tentang isu yang dia denger selama ini. Dan wanita berseragam itu maksudnya waiters, jadi memang sudah ada sejak awal berlayar. Si 'aku' memakai kata pembantu karena status 'aku' dan suaminya disitu adalah pemilik kapal atau majikan, sedangkan wanita berseragam itu adalah pekerja/pelayan.:D
Maksudnya sih gitu, bang.. Terima kasih sudah mampir yaa.. gak papa- gak papa.. sering-sering cerewet ya, bang :D
mungkin kalo jadi 1 bagian lebih menghentak mbak hehehhe
ReplyDeleteiya ya mbak! *semangat melatih*
DeleteBaca komen penjelasan baru gue paham! Bhahaha, penuh intrik tersirat yg gak bisa dibaca dalam sekali baca dan penjelasan langsung dari penulisnya. :-)
ReplyDeleteBerarti belum gamblang dan jelas ya? Makasi masukannya kakaak :D
DeleteMmmmmm...
ReplyDeleteSebenernya, ada bagian yang bisa digantikan dengan yang lebih penting. Ini sebenernya bisa jadi one part dan ngetwist lho Mbak :)
Gombal pada bagian pertama itu rada kebanyakan. Mungkin paragraf satu dan dua cukup, dan langsung ke bagian "Amarahku kusimpan..." trus langsung si aku mengutarakan rencananya untuk turun dan ambil flight. Patahan ketiga digantikan dengan ...
"Tapi tidak. Aku kembali ke kapal. Kudapati mereka berdiri tepat di spot tempatku berdiri dengannya semalam. ..."
Ada dua kalimat "Kuurungkan niat hati untuk murka" yang sama arti, itu bisa dibuang satu :)
Keep writing!
Asik-asik-asik diedit!. Siap, mbak. akan terus menulis, insyaAllah \o/ Makasi mbaak ^_^
Deletebagus ntu cerpennya,,,
ReplyDeletesaya suka
salam