Aku
memandang sebuah benda segi empat ungu bersampul plastik yang terletak di atas
meja. Simple. Undangan reuni almamaterku. Tak cukup sosialisasi mereka via email saja rupanya. Mungkin karena reuni ini memang reuni akbar yang sudah
direncanakan sejak lama.
Hhh.
Aku menghela
nafas dalam. Aku kebingungan mencari cara dan alasan agar bisa tak hadir di
acara itu. Setelah aku berhasil lolos dari segala undangan reuni mini, aku
kehabisan kata untuk menolak hadir. Maka berarti aku harus hadir.
Sebenarnya
aku suka ngumpul bersama rekan-rekanku. Sekedar membincangkan ini dan itu
sambil ngopi, atau diskusi seputar informasi terkini. Namun, tak pernah
sekalipun aku pernah melakukannya dengan teman dan rekanku dimasa lalu. Aku
enggan bertemu mereka. Melihat mereka kembali layaknya membuka masa laluku yang
penuh perang batin.
Aku membuka
memori masa lalu. Seorang aku dengan dandanan rapi. Kemeja dan celana licin karena
disetrika. Dan kacamata minus tebal yang tak pernah lepas bertengger
dihidungku. Nongkrong di pustaka, aroma buku, itu seleraku. Dan lagi…
Duh. Sesak rasanya
dada ini mengingatnya.
Aku
letakkan kembali album foto lama nan berdebu ke dalam laci. Kurebahkan diriku
ke sofa. aku meraih remote dan menyalakan televisi. Kutekan asal dan tivi
menyala. Kulempar remote begitu saja. Aku menaikkan kaki. Memeluk lutut dengan
mata lurus menatap tivi. Tak terlalu kuperhatikan program acara yang ada. Aku sibuk
dengan pikiranku sendiri.
Setelah sekian
lama, apakah sekarang saatnya aku akan membuka semuanya? Aku muncul kembali
dengan penampilan baru yang sudah pasti akan membuat teman-temanku itu mengaga
lebar-lebar. Sukur-sukur jika tidak ada yang histeris kemudian pingsan.
Ah.
Aku
memandang bayangan seorang wanita cantik berambut panjang yang terpantul samar
di layar televisi. Dengan sweater kebesaran, memeluk lutut dan mata menatap
lurus kearah tivi. Hactshi! Hidungku berair. Aku menyentuh dahiku. Hangat. Sepertinya
aku akan demam lagi.
Bruk!
Aku
menghempaskan tubuhku ke sofa. Pikiranku mumet. Kepalaku terasa berat. Dan,
sepertinya memang belum. Belum saatnya mereka mengetahui semuanya. Dan untuk tak
datang? Demamku ini bisa dijadikan alasan agaknya.
#JuliNgeblog #Day11
No comments:
Post a Comment