Tuesday, July 23, 2013

(BeraniCerita #21) Ngidam

Credit

“Kemana?”

“Keluar bentar”

“Keluar mulu”

Paijo berdehem sedikit. Malas menjawab pertanyaan sinis istrinya.

“Kalau pulang nanti jangan kemaleman. Ingat istri di rumah”

Blam.

Paijo menutup pintu. Setidaknya tanpa berusaha terlalu keras untuk menulikan telinganya suara istrinya sedikit teredam. Ia menarik nafas dalam-dalam. Menghembusnya perlahan lewat mulut. Sedari tadi dia sudah menyabarkan diri. Telinganya panas mendengar ceracau istrinya yang tak henti sejak pagi. Ada saja yang dirasanya salah. Ah, entahlah.

“Sabar, Jo. Wanita yang tengah hamil muda memang kadang aneh”

“Termasuk tidak menyukai suaminya sendiri, Bu?”

“Kadang…”

“Aku heran, bu. Kalo dekat, marah-marah. Aku pergi juga marah-marah”

Ibu tersenyum saja mendengar anaknya yang bersunggut-sungut.

“Anni gak ngidam apa-apa, Jo?” tanya ibu. Paijo mengangkat bahu.

“Dua hari yang lalu katanya pengen kolak pisang, bu… tapi belon sempet dibikin. Anninya mual terus” suara Paijo berubah pelan. Perasaan kasihan tiba-tiba menyelusup masuk mengurai kesalnya.

“Ya kamu yang buatin kalo dia gak sanggup, Jo” kata Ibu.

“A-Aku?”

“Iya… nanti ibu sms bahan-bahannya. Sekarang kamu pulang. Angin diluar lagi kencang. Kalo kamu juga ikut-ikutan sakit nanti malah repot” nasehat ibu.

“Baik, bu…” Paijo menutup sambungan telepon. Dia beranjak dari ayunan besi tempat dia menyendiri dari tadi. Bukan tipenya kelayapan keluar rumah malam-malam begini. Hanya kali ini dia benar-benar butuh angin segar.

***

Anni belum berubah banyak. Pagi tadi wajahnya masih cemberut walau tangan Paijo tetap diciumnya. Pun sore ketika Paijo pulang dari kantor. Tanpa memandang mata Paijo seperti biasanya, Anni mencium tangan Paijo kemudian ngeloyor masuk ke kamar. Jika Paijo masuk, Anni keluar. Paijo keluar ke ruang keluarga, Anni masuk kamar lagi. Duh. Paijo garuk-garuk kepala. Bingung. Tapi kemudian ia teringat sesuatu.

Aha! Kolak Pisang!

Mulailah ia berjibaku dengan bahan-bahan yang tadi sempat dibeli. Dengan earphone yang menyumpal di telinga, dengan teliti dia mendengar instruksi dari ibu. Cara memasak kolak pisang. Menyesal rasanya ia tak dekat dengan urusan dapur begini lebih awal. Tak menyangka, jika keadaan seperti ini kadang bisa datang tiba-tiba justru ketika sudah berkeluarga.

“Yak! Beres!” Paijo mematikan api kompor. Dia mengendus-endus. Kemudian mencicip sedikit kolaknya. Pas! Kata ibu, jangan sampai pisangnya terlalu lembek. Dia mengambil satu potong pisang, menusuk-nusuknya dengan garpu.

“Sepertinya sudah” batinnya.

Paijo mengambil mangkok. Menuangkan kolak kedalamnya. Aroma nangka menyeruak. Paijo pede dengan masakannya.

“Apa itu, mas?” Anni tiba-tiba muncul.

“Kolak pisang…”

“Wah…” Anni sumringah. Ia langsung mendekat. Paijo mengajaknya duduk, meletakkan semangkok kolak pisang hangat didepan istrinya. Hatinya senang. Sudah lama sepertinya tak melihat senyum Anni yang seperti tadi.

Anni lahap. Mata Paijo tak beralih dari wajah istrinya.

“Resep ibu memang mantap!” batinnya.

Ludes. Semangkok kolak habis tak bersisa.

“Makasih, mas” Anni tersenyum lagi. Paijo bersyukur dalam hati.

Namun kemudian Anni bergegas bangkit ke kamar mandi. Dia muntah lagi. Paijo sigap. Ia membawakan minyak angin dan memijit tengkuk Anni. Kolak yang dimakan tadi keluar lagi. Anni menyiram sisa muntahnya.

“Udah enakan?” Paijo menuntun istrinya ke kamar. Anni mengangguk. Hingga sampai di depan pintu, dia berhenti. Anni memandang suaminya. Ia mengambil minyak angin ditangan Paijo. Mendorongnya sedikit keluar, kemudian menutup pintu kamar.

Ceklek-ceklek.

Bunyi kunci dua kali. Paijo melongo.

Lagi?   
Berani Cerita #21

Word Count: 500
(Berani Cerita #21) Kolak Pisang
#JuliNgeblog #day19

3 comments:

  1. hehehe kasihan istrinya, ngidamnya malah nggak mau deket2 suaminya.. haduuhh repot ya :D

    sabar ya mas Paijo :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, dua-duanya kasihan ya mbak. Semoga mas Paijo nya sabar terus :D

      Delete
  2. weeh...ngidam bisa begitu yaaa...kolak pisangnya buat aku aja deh... :)

    ReplyDelete