“Dia
mengagumkan” Zie mengulum senyum. Ujung telunjuk dan ibu jarinya menyentuh
cuping cangkir. Menggerak-gerakkannya sedikit. Persis orang yang punya
keinginan tapi masih bimbang. Zan yang memandangnya ikut tersenyum. Wanita
dihadapannya ini amat ia kenal. Persahabatannya sudah mencapai bilangan tahun.
Menurutnya, Zie adalah wanita yang amat ekspresif. Segalanya akan dia
ceritakan. Tentang harga kopi putih yang lebih murah seribu perak di toko kelontong
Jeng Neti. Tentang tender proyeknya yang tembus. Tentang laki-laki tak tau diri
yang kerap mengganggunya walau mereka sudah putus hubungan sejak lama. Hingga
sekarang, ia cerita tentang dirinya yang tengah terpesona pada seseorang.
“Sepertinya
kamu sudah mulai jatuh cinta” Zan memberi tanggapan seadanya.
“Ah, masa
iya? Keliatan begitu ya?” Zie tertawa renyah. Pipinya merona.
“Astaga.
Aku lupa. Aku harus pergi sekarang. Obrolan kita lanjut via whatsapp aja. Bye”
Zie menghabiskan sisa kopinya sekali teguk.
“Oh. Oke.
See you” Jawab Zan. Duduknya tegak. Helaan nafasnya dalam.
“See you,
Zan” Zie tersenyum sambil memandang mata Zan. Mau tak mau senyum itu tertular.
Zan pun tersenyum juga. Gulana hatinya seketika sirna.
***
“Dia itu
misterius” Pandangan Zie menancap ke satu titik. Dahinya berkerut sedikit.
Mulutnya mencucu.
“Bukannya
kamu suka sama yang bikin penasaran begitu?” Zan menambahkan cream pada kopinya.
“Ya tapi
gak gitu banget juga kali”
“Maksudmu?”
“Aku kan
juga ingin, ada yang bilang… ‘sayang’ gitu…”
“Hahaha”
tawa Zan meledak. Ia geleng-geleng kepala.
“Terlihat
bodoh?” Tanya Zie.
“Enggak
kok”
“Kok kamu
ketawa?” Desak Zie. Tawa Zan mereda sedikit. Dia menarik nafas lagi.
“Aku sayang
kamu, Zie” Lanjutnya.
“Hahaha”
Giliran Zie yang terbahak.
“Aku tau,
Zan. Dan aku sayang kamu juga” Tawa Zie masih tak tertahan.
***
“Jadi, putus?”
Zan memandang Zie yang sedari tadi tak henti mengaduk-aduk kopi.
“Udah gak
nyaman, ah” Zie mengangkat bahu.
“Aku mulu
yang nyari dia. Nanya kabar duluan. Cerita segala macam. Dianya? Biasa aja”
Lanjutnya.
“Bosen”
Zie tertawa. Tak jelas. Apakah itu miris atau puas.
“Eh, kamu
gimana? Cewe itu? Siapa namanya?” Alis Zie naik. Itu pertanda ia sedang
menghadapi topik menarik.
“Oh, Tita.
Dia baik. Penyayang gitu anaknya. Ponakanku si Bella lengket ama dia” Jelas
Zan.
“Bagus
dong”
“Iya.
Akhirnya, bakal ada yang sayang aku juga” tawa Zan berderai. Zie terdiam.
Dipandangnya Zan tajam.
“Hei, aku
sayang kamu lho, Zan. Sungguhan” Zie menekankan kata-katanya demi melihat Zan yang tiba-tiba terdiam dan menatapnya dalam. Ada desir yang tiba-tiba hadir dihatinya.
“Iya, aku
tau. Dan aku juga. Hahaha” wajah Zan berubah jenaka. Dan serta merta tawanya kembali membahana.
#JuliNgeblog #Day6 #Friendzoned
No comments:
Post a Comment