Saturday, July 6, 2013

Sayang

“Dia mengagumkan” Zie mengulum senyum. Ujung telunjuk dan ibu jarinya menyentuh cuping cangkir. Menggerak-gerakkannya sedikit. Persis orang yang punya keinginan tapi masih bimbang. Zan yang memandangnya ikut tersenyum. Wanita dihadapannya ini amat ia kenal. Persahabatannya sudah mencapai bilangan tahun. Menurutnya, Zie adalah wanita yang amat ekspresif. Segalanya akan dia ceritakan. Tentang harga kopi putih yang lebih murah seribu perak di toko kelontong Jeng Neti. Tentang tender proyeknya yang tembus. Tentang laki-laki tak tau diri yang kerap mengganggunya walau mereka sudah putus hubungan sejak lama. Hingga sekarang, ia cerita tentang dirinya yang tengah terpesona pada seseorang.

“Sepertinya kamu sudah mulai jatuh cinta” Zan memberi tanggapan seadanya.

“Ah, masa iya? Keliatan begitu ya?” Zie tertawa renyah. Pipinya merona.

“Astaga. Aku lupa. Aku harus pergi sekarang. Obrolan kita lanjut via whatsapp aja. Bye” Zie menghabiskan sisa kopinya sekali teguk.

“Oh. Oke. See you” Jawab Zan. Duduknya tegak. Helaan nafasnya dalam.

“See you, Zan” Zie tersenyum sambil memandang mata Zan. Mau tak mau senyum itu tertular. Zan pun tersenyum juga. Gulana hatinya seketika sirna.

***

“Dia itu misterius” Pandangan Zie menancap ke satu titik. Dahinya berkerut sedikit. Mulutnya mencucu.

“Bukannya kamu suka sama yang bikin penasaran begitu?” Zan menambahkan cream pada kopinya.

“Ya tapi gak gitu banget juga kali”

“Maksudmu?”

“Aku kan juga ingin, ada yang bilang… ‘sayang’ gitu…”

“Hahaha” tawa Zan meledak. Ia geleng-geleng kepala.

“Terlihat bodoh?” Tanya Zie.

“Enggak kok”

“Kok kamu ketawa?” Desak Zie. Tawa Zan mereda sedikit. Dia menarik nafas lagi.

“Aku sayang kamu, Zie” Lanjutnya.

“Hahaha” Giliran Zie yang terbahak.

“Aku tau, Zan. Dan aku sayang kamu juga” Tawa Zie masih tak tertahan.

***

“Jadi, putus?” Zan memandang Zie yang sedari tadi tak henti mengaduk-aduk kopi.

“Udah gak nyaman, ah” Zie mengangkat bahu.

“Aku mulu yang nyari dia. Nanya kabar duluan. Cerita segala macam. Dianya? Biasa aja” Lanjutnya.

“Bosen” Zie tertawa. Tak jelas. Apakah itu miris atau puas.

“Eh, kamu gimana? Cewe itu? Siapa namanya?” Alis Zie naik. Itu pertanda ia sedang menghadapi topik menarik.

“Oh, Tita. Dia baik. Penyayang gitu anaknya. Ponakanku si Bella lengket ama dia” Jelas Zan.

“Bagus dong”

“Iya. Akhirnya, bakal ada yang sayang aku juga” tawa Zan berderai. Zie terdiam. Dipandangnya Zan tajam.

“Hei, aku sayang kamu lho, Zan. Sungguhan” Zie menekankan kata-katanya demi melihat Zan yang tiba-tiba terdiam dan menatapnya dalam. Ada desir yang tiba-tiba hadir dihatinya.

“Iya, aku tau. Dan aku juga. Hahaha” wajah Zan berubah jenaka. Dan serta merta tawanya kembali membahana. 

#JuliNgeblog #Day6 #Friendzoned
  

No comments:

Post a Comment